Lansaninews.com Tanah Datar
-Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sungai Tarab, Febriorza, mengambil tindakan penting dan sigap dengan memulangkan seluruh siswa lebih awal pada hari Sabtu (27/9/2025). Keputusan ini diambil menyusul insiden kesurupan massal yang tiba-tiba melanda sekolah, menjangkiti dua guru Praktik Lapangan (PL) dan enam orang siswa, Sabtu (27/09/2025).
Kepala Sekolah Febriorza, didampingi Bhabinkamtibmas Briptu Dicky Rahmadani, menjelaskan bahwa tindakan darurat ini merupakan strategi utama untuk mengantisipasi penularan histeria massa dan menjaga ketenangan.
Pelajaran dari 2012: Prioritaskan Keselamatan Anak
Kepala Sekolah Febriorza mengungkapkan bahwa keputusannya didasarkan pada pengalaman pahit di masa lalu.
"Tindakan cepat ini diambil dalam rangka supaya tidak terjadi banyak korban seperti kejadian kesurupan massal pada tahun 2012 lalu," jelas Febriorza.
Ia menekankan bahwa memulangkan siswa adalah cara paling efektif untuk memutus rantai histeria yang bisa menyebar cepat. "Kami tidak ingin kejadian tahun 2012 terulang, di mana korban yang terdampak jauh lebih banyak. Prioritas kami adalah memulihkan situasi secepatnya dan memastikan semua anak kembali ke rumah dalam kondisi aman," tegasnya.
Penanganan Kooperatif dan Rencana Spiritual
Sebelum pemulangan, kedelapan korban—dua guru PL dan enam siswa—telah berhasil ditangani secara intensif oleh tokoh agama (non-medis) di sekolah hingga kesadaran mereka pulih.
Langkah-langkah penanganan yang diambil pihak sekolah menunjukkan koordinasi yang baik:
- Pemulangan Cepat: Setelah berkoordinasi dengan pimpinan dan menghubungi wali murid, seluruh siswa diizinkan pulang lebih awal untuk mencegah penularan.
- Evaluasi Komprehensif: Pihak sekolah berencana mengadakan doa bersama, zikir, dan pengajian sebagai bagian dari upaya penguatan mental dan spiritual bagi siswa dan guru. Langkah ini juga bertujuan untuk 'membersihkan' lingkungan sekolah dari gangguan, sejalan dengan kepercayaan masyarakat setempat.
SMA 1 Sungai Tarab akan menjadikan fenomena ini sebagai fokus evaluasi internal. Meskipun kesurupan sering dikaitkan dengan faktor spiritual, sekolah menyadari pentingnya mengatasi faktor stres, kelelahan, dan tekanan psikologis yang dapat memicu histeria massal di lingkungan belajar. (Juned)