Seringai Tatapan Penuh Kebencian diMalam KBM

Q Beritakan - Selepas magrib suasana yang mulanya begitu tenang dan damai, entah mengapa dengan tiba-tiba berubah sedikit mencekam. Angin berhembus menggoyangkan dedaunan padi yang menimbulkan bunyi gemerisik mendesisis, gemericik air dikali pun  yang tidak jauh dari tenda-tenda kemah bakti pun seakan tidak mau kalah dengan desirian angin. Angin dan air malam itu memberikan tanda bahwa akan terjadi suatu hal yang luar biasa. Hmm... aku hanya bisa menarik nafas dalam, semoga ini hanya persaanku. Karena memang sedari pagi belum ada istirahat hingga malam ini karena sibuk membimbing mahasiswa baru pada tahun ajaran baru ini. Ingin rasanya masuk segera ketenda untuk merebahkan diri sejenak, namun persaan semangkin tidak menenentu. Gelisah, pikiran sudah sulit untuk diajak berpikir jernih. Aku pun tidak melanjudkan niat untuk beristirahat. Kemudian beranjak segera dari tempat duduk semula, meninggalkan beberapa teman yang masih terlihat bercanda ria melepaskan kejenuhan. Aku pun sedikit meyakinkan diri, bahwa yang kurasakan saat ini memang benar adalah persaanku saja. Aku pun meminum beberap teguk air mineral yang memang ada aku simpan ditas samping kecil, setelah itu tanpa lupa menyulut sebatang rokok. Kemudian aku pun berjalan menuju sungai dengan niat mengambi wudhu. Namun, perasaanku semngkin tidak menenentu, badan tiba-tiba menggigil, bulu kuduk pun berdiri.

Gemericik ari sungai yang semulanya biasa saja semangkin terdengar begitu keras dan jelas seakan-akan memberi isyarat alam akan tiba banjir dari hulu sana. Aku pun menghidupakan senter hape dan mengarahkan kedalam sungai tersebut. Ah, tidak ada yang berubah, air sungai mengalir normal seperti aku lihat pada siangnya. Tidak ada tanda-tanda air akan meluap sama sekali. Airnya begitu jernih hingga terlihat ikan-ikan kecil sedang berkejaran satu dengan lainnya ketika diterpa sinaran cahaya senter dari hapeku.  Aku pun segera mengambil wudhu, air sungai begitu sejuk menerpa dan meresapi pori-pori kulit. Setelah semuanya selesai aku pun meninggalkan sungai tersebut. Pikiran sudah sedikit tenang, dalam berjalanan menuju sungai pun aku berpapasan dengan seorag perempuan yang dilihat raut wajahnya tidaklah terlalu jauh beda usia denganku. Cantik, tubuhnya berkulit kuning langsat ketika tersinari cahaya temaram bola lampu lisrtik, tubuhnya juga begitu ramping, matanya jernih dengan alis mata tersususun rapi, rambut panjang terurai sedikit bergelombang. Baru kali ini aku melihat wanita yang begitu cantik, seakan-akan pancarkan sejuta keindahan putri dari negeri dewa dewi. Aku terpana, ingin menegur kenapa sendirian menuju sungai malam-malam begini tanpa meminta ditemani panitia kemah bakti? Dalam pikiranku itu adalah mahasiswi baru. Namun, lidah terasa kelu tudak bisa digerakkan sedikitpun. Perempuan yang baru dilihat itu pun tersenyum. Senyumannya membuat aku terpukau, sungguh baru kali ini melihat senyuman yang begitu indah. Tiba-tiba tangannya meraih tanganku, aku terkejut. Ingin menepis tangannya segera karena aku baru saja mengambil wudhu. Akan tetapi aku seakan-akan terhipnotis olehnya, sedikitpun aku tak mampu bergerak menepis. Aku pun mengikuti arah perempuan itu kembali menuju sungai tanpa sepatah kata pun kata-kata yang terucap dari mulutnya. Aku pun terus menatap dalam-dalam kearah perempuan tersebut. Angin pun kian berhembus, dingin menusuk samapai ketulang sum-sum. Bulu kuduk semangkin merinding meski sedang berdua dengan perempuan bertangan dingin yang sedang menuntunku, ditambah lagi ketika melihat perbukitan kecil yang ditumbuhi pohon seakan-akan menatap tajam kepadaku. Bunyi burung malam pun meyuguhkan suaranya yang membuat suasana dipinggir sungai yang semulanya memang terlihat aneh semangkin mencekam.

Tiba-tiba sebuah  suara terdengar "Bang...bang! Jangan lihatin adek gitu dong bang...! Mata abang kok aneh gitu menatap? Serem, adek jadi takut bang...!" Aku pun tersentak dan kaget, karena aku tidak lagi berada dipinggir sungai dengan perempuan cantik yang menuntunku tadi, aku sudah berada diantara riuhnya mahasiswa baru didepan tenda. Belum sempat berpikir kemana perempuan cantik tadi dan kenapa aku sudah berada dikerumunan mahasiswa baru serta panitia kamah bakti. Adek yang menegur tadi kembali berkata "Bang...abang...! Abang tidak apa-apakan? Muka abang pucat banget bang...! Abang aman dan baik-baik sajakan bang...???" Adek tersebut adalah salah satu panitia perempuan  kemah bakti yang umurnya memang dibawahku. "Ohw... Astagfirullah'alziim... Allahu Akbar...! Abang tidak apa-apa dek, aman dan baik-baik saja..."  jawabku. "Syukur alhamdulillah kalau begitu bang... adek permisi dulu ya. Ada yang kesurupan ditenda sebelah...!" Belum sempat aku menjawab bersamaan dengan berhembusnya angin dan suara mendesis batang padi yang diterpanya orang yang ada dilokasi berlari dan berteriak-teriak panik, sebagian ada yang menangis, sebagian ada yang berlari tidak tentu arah, suasana kacau balau. Tiba-tiba satu orang mahasiswa baru laki-laki berlari begitu kencang bagaikan tanpa menjejak tanah, sepintas terlihat melayang diudara sesuai dengan arah angin yang berhembus saat itu. Terlihat beberapa orang panitia kemah bakti mengejar dengan tidak kalah kencangnya. Mahasiswa baru tersebut dapat terkejar oleh dua orang panitia lelaki yang begitu gesit langsung menangkap dan merobohkan mahasiswa baru yang berlari tadi. Tubuhnya terhempas begitu keras di tanah dingin berumput yang mulai basah oleh embun malam. Aku masih bingung, apa yang sedang terjadi sesengguhnya?

"Aaaaaaaa.....!!! grrrrrkkkkk!!!" Dengan tiba-tiba terdengar suara teriakan melengking tinggi dari mahasiswa baru yang sudah terkapar diantara jepitan dan kuncian dua panitia kemah bakti.
Semua orang-orang yang menyaksikan kejadian itu berteriak panik karena bagaikan mempunyai kekuatan yang entah dari mana datangnya mahasiswa baru tersebut meronta dan lepas dari kuncian kedua panitia tersebut. Mahasiswa baru itu berdiri seketika dengan kuda-kuda yang begitu kokoh tak obahnya bagaikan sang jawara duni persilatan pada zaman kerajaan dahulu yang pernah aku lihat dibeberapa pilem silat nasional yang menceritakan sebuah kerajaan. Aku tergagum, rasa bingungku telah kembali pulih dan menyadari tiga orang lelaki ini sedang berkelahi ternyata dalam pikiranku. Rasa kagumku hanya sesaat, tiba-tiba dari mulut mahasiswa baru itu mengeluarkan suara mendesis seperti desisan ular atau sama persis dengan suara desisan padi dibelakangku yang diterpa angin. Wajahnya menyeringai mengerikan, matanya menatap tajam kepada kedua panitia kemah bakti. Selepas itu mentap tajam keseluruh kerumuna orang-orang yang telah ramai melihat kericuhan yang sedang terjadi. Tatapannya sangat tajam menyapu setiap apa yang dipandangnya, seakan-akan ingin menelan hidup-hidup setiap orang yang ada. Wajahnya semangkin menyeringai beringas penuh amrah. Dibola matanya terpancar bara api kebencian yang begitu meletup-letup.

Sebagian orang-orang pun tidak berani menatapnya, termasuk aku sendiri. Ingin aku mengalihkan pandangan dan pergi dari tempat itu segera, namun leherku seakan-akan ada benda yang mengapit begitu kuat, badanku pun seakan-akan tetikat begitu kencang sehingaga aku tidak bisa bergerak sedikitpun. Tubuhku benar-benar kaku. Aku berharap mata tajam beringas penuh kebencian itu tidak menatapku. Allahu Akbar!!! Mata itu! Mata itu menatapku! Ingin aku pejam segera kedua mataku, tidak mampu! Mata itu benar-benar menataku telak berada di kedua titik bola mataku, menusuk tajam! Anehnya, dengan tiba-tiba aku merasakan hal yang aneh dari tatapan itu, tatapan itu seperti pernah aku lihat. Aku pun mencoba menatap mata itu dengan sisa keberanian yang ada. Tubuhku gemetar dengan keringat dingin membajiri yang keluar dari pori-pori tibuhku. Ya, mata itu aku kenal dan mengetahui persis. Mata itu adalah mata Perempuan Cantik  Yang Menuntunku Kesungai Beberapa Menit Lalu...


Suasana semakin mencekam, tiba pada saat yang bersamaan terdengar suara peremmpuan menjerit dan mengerang-ngerang di luar tenda dimana saat itu dua orang lelaki sedang memegangi perempuan yang kesurupan tersebut. terlihat seorang panitia KBM berlari menghampiri dua orang lelaki yang sedang berupaya untuk mengendalikan suasana, " bang ada yang kesurupan lagi diluar bang" terlihat cemas dengan muka pucat salah dia mengabarkan dengankata yang terbata-bata. Tiba-tiba wanita yang sedang kesurupan itu berguman dengan suara yang aneh membuat bulu kuduk merinding, menyerigai dengan tatapan mata tajam mengerikan, membuat ciut nyali saya. tiba-tiba wanita tersebut meronta dan berhasil melepaskan diiri dari kuncian dua orang lelaki tersebut, berdiri dan dengan suara parau tapi keras bilang '' Kalian Keparat, kalian telah berani menantang aku Nyiblorong " bagai disambar petir aku dengar kata tersebut, Nyiblorong sebuah legenda cerita rakyat yang kental dengan mistis, membuat dua orang lelaki tersebut saling menatap, terlihat dari mata mereka yang gusar dengan kondisi tersebut.


Sejurus kemudian dua orang lekai itu sudah bergelut dengan wanita yang kesurupan, bebrapa jurus layaknya pendekar silat mereka mengeluarkan jurus-jurus untuk mematahkan serangan lawanya, itu hanya berlangsung beberapa dtik saja, ahirnya wanita yang kesurupan tersebut melompat dan berlari keluar tenda menerobos beberapa orang yang memang berdiri didepan tenda untuk berjaga-jaga, tak ayal beberapa orang yang berada didepan pintu tersebut jatuh sehingga wanita itu dengan leluasa dapat melalui meraka, salah satu dari lelkai yang sedang bergulat tadi secepat kilat melompat keluar tenda dan mengejar nya, hanya denga beberapa lompatan saja lekai tersebut berhasil menghadang wanita yang kesurupan tersebut, tapi malang bagi lelaki yang menghadang dia, wnita tersebut menerjang dan membuat si lelaki yang menghadangnya terjungkir hampir masuk kedalam sungai dengan wajah menyeringai menahan sakit.

Lelakai yang kedua pun dengan sigap dan berhasil membekuk kembali  wanita tersebut dengan bantuan teman-teman panitia membawa kembali kedalam tenda, setalh berkonsultasi dengan beberapa orang, ahirnya dengan bersam-sama dibawa ke masjid dekat lapangan dimana dilaksanakan KBM tersebut.

Malam semakin larut, dengan segala misteri didalamnya, malam yang melelahkan, malam dengan penuh tantangan yang sempat membuat ciut nyali setiap peserta KBM malam itu, Lamat-lamat terdengar alunan mahasiswa yang masih tersisa didepan panggung melantunkan Asma'ul Husna, memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya acara selanjutnya berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan sedikitpun aamiin.  

By: Abhenk Gokil & Songgo Langit

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama