Q Beritakan - Ini kisah nyataku beberapa tahun lalu, kisah dimana aku menyesal menjadi orang yang egois, yang tak pernah mau mendengarkan orang lain kalau sedang marah.. hem semoga ini hanya terjadi pada diriku Abhenk Gokil-Ext.
Pada suatu hari disebuah kafe yang belum begitu rame oleh pengunjung pada salah satu sudut ruangan yang lumayan enak dan nyaman disinari lampu temaran membuat terlihat duduk sepasang muda mudi. Seperti sedang berbicara santai. Tak berapa selang kemudian juga masuk lelaki muda yang usianya tidaklah jauh terpaut dengan sepasang anak muda tersebut. Langkahnya terlihat tergesa-gesa dengan raut wajah menegang. Kemudian tanpa basi-basi langsung duduk disamping wanita muda belia itu. Siwanita dan lelaki yang menemaninya duduk terlihat santai dengan kehadiran lelaki muda yang baru datang tersebut. Kemudian lelaki yang menemani wanita itu beranjak pergi sembari mengangguk dan tersenyum mohon pamit. Siwanita pun tersenyum, sementara lelaki muda yang baru datang itu tidak memberikan respon apa-apa. Wajahnya begity terlihat muram dan semangkin menegang. Kemudian angkat bicara,
Pada suatu hari disebuah kafe yang belum begitu rame oleh pengunjung pada salah satu sudut ruangan yang lumayan enak dan nyaman disinari lampu temaran membuat terlihat duduk sepasang muda mudi. Seperti sedang berbicara santai. Tak berapa selang kemudian juga masuk lelaki muda yang usianya tidaklah jauh terpaut dengan sepasang anak muda tersebut. Langkahnya terlihat tergesa-gesa dengan raut wajah menegang. Kemudian tanpa basi-basi langsung duduk disamping wanita muda belia itu. Siwanita dan lelaki yang menemaninya duduk terlihat santai dengan kehadiran lelaki muda yang baru datang tersebut. Kemudian lelaki yang menemani wanita itu beranjak pergi sembari mengangguk dan tersenyum mohon pamit. Siwanita pun tersenyum, sementara lelaki muda yang baru datang itu tidak memberikan respon apa-apa. Wajahnya begity terlihat muram dan semangkin menegang. Kemudian angkat bicara,
"Hmm... begitu
ternyata kamu ya? Masih sempat-sempatnya bertemu dengan lelaki lain
sebelum aku sampai?
Hebat...!" Menatap dengan tajam wajah semangkim
memerah menegang menahan amarah.
"Itu... mas... dia..."
"Itu... mas... dia..."
"Apa?
Teman baik, teman dekat? Itu yang akan kamu katakan bukan!?!" Belum
sempat siwanita menjawab pertanyaan lelaki muda itu langsung membentak
dengan suara menggelar sehingga bebrapa pengunjung meneloh kerahnya.
"Mas... dengarkan aku dulu... dia itu..."
"Ya!
Dia itu siapa!!! Saya benar-benar kecewa dengan kamu!!!" Kembali
membentak tanpa peduli tatapan pengunjung lain yang merasa kenyamannya
terganggu.
"Mas... sabar dong mas, jangan bicara keras dan kasar
seperti itu. Malu dilihat orang mas..." siwanita masih terlihat sabar
dan mengontrol diri dan tidak terpancing dengan sikap lelaki muda
tersebut.
"Sabar kamu bilang? Malu? Hahk! Persetan dengan semua itu,
kamu kira aku tidak sabar sedarintadi melihat kamu duduk dengan lelaki
yang belum aku kenal? Trus kamu bilang malu? Apakah kamu tidak malu
dengan diri sendiri dengan sikapmu itu??? Jauh-jauh aku datang kekota
ini hanya untuk menemui kamu! Mengerti???" Laki muda itu benar-benar
lepas kontrol, meja pun dilabraknya sehingga membuat makanan dan minuman
yang ada diatasnya berserakan dilantai.
"Mas...mas... ngapain sih
sebegitu lepas kontrolnya dirimu? Jaga emosi dong mas... mohon..."
siwanita kembali mencoba sabar dan menenangkan lelaki muda itu.
"Ahhhh!!!
Dasar kamu wanita tak tau berterima kasih dan menghargai waktu! Pergi
sana kamu dengan simpanan baru kamu itu!!!" Sambil mendorong wanita itu
dengan kasar sehinga wanita itu terhuyung-huyung kedepan, jika saja
tangannya tidak meraih sudut meja segera mungkin akan tersengukur.
"Mas!!!"
Plok...! Jdesskh!!! Dengan tiba-tiba wanita itu membalik dan sebuah
tamparan keras jotosan hinggap dengan tepat di bibir dan dagu lelaki
muda itu. Lelaki muda itu kaget dan hampir tidak percaya dengan apa yang
baru saja diterima. Belum sempat menyadari sebuah jotoson kembali
mendarat dikeningnya. Jdesk!!!
"Mas dari tadi aku sudah berusaha
sabar dan ingin menjelaskan siapa lelaki tadi. Tapi, kamu tidak
memberikan aku kesempatan sedikitpun untuk menjelaskan kepadamu! Dia
ADIKKU MAS! dia mengantarkanku kesini untuk menemuimu! Dia baru saja
pulang dari luar kota mas, dia kuliah disana. Memang belum sempat aku
kenalkan kepadamu mas! Hari ini akan aku memperkenalkan kalian, tapi aku
kecewa dengan sikap egomu yang membabi butamu itu mas!!!" Dengan nafas
yang tidak teratur hingga dadanya turun naik menahan gejolak amarah dan
kecewa Siwanita mengatakan siapa lelaki tadi. Lalu segera beranjak pergi
dengan air mata terlihat berurai dikedua pipinya menahan sedih yang
teramat dalam dengan perlakuan yang baru saja diterimanya dari lelaki
muda yang ternyata adalah kekasihnya yang baru saja kembali dari kota
lain untuk menemuinya.
Sementara lelaki muda itu hanya diam membisu
dan terpaku mematung tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. Wajahnya yang
semula mengeras dan beringas itu tiba-tiba kuyu dan lesu menyesali apa
yang telah diperlakukannya kepada wanita yang telah 2 tahun menjadi
kekasihnya itu. Apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur. Menyesali
perbutannya itulah hal yang terbaik dirasakannya saat itu...
*Selesaikan suatu masalah dengan baik dan benar, karena tidak selamanya yang dilihat dengan mata itu sesuai dengan realitanya.
Oleh: Abhenk Gokil