Perubahan Maidenvillage

Aku merubah diriku untuk melupakan semua apa yang telah terjadi selama aku menjadi orang lain selama belasan tahun ini. Perubahan yang aku lakukan mungkin tidak masuk akal dari sebelumnya, disukai, disenangi dan diterima oleh teman-teman dan orang –orang yang mengenalku saat itu. Semua perubahan ini berawal dari keinginan dan modal nekat yang aku tidak tahu apa yang akan aku hadapi setelah perubahan yang aku telah jalani selama ini, untuk terbilang tahun yang sudah aku jalani dengan diriku yang berbeda sudah memasuki tahun ke tiga.

Awalnya aku tidak menyenangi dan tidak nyaman dengan apa yang telah aku lakukan di tahun pertama yang sangat sulit bagiku saat itu. Tapi... karena aku sangat mengikuti apa yang di inginkan oleh hati kecilku, aku mengikuti apa yang hati kecilku inginkan saat itu, sampai-sampai aku tidak menyadari bahwa banyak puhak yang sangat dan benar-benar tidak menyukai perubahan ku yang sangat tidak masuk akalitu. Namun aku tetap pada pendirianku yang terbilang keras kepala.

Hari perubahan yang aku alami sangat berat!di tinggalkan sebagian teman-temanku, di diamkan sahabat ku, dan dijauhi kenalan dunia maya ku di waktu yang bersamaan. Sakit memang saat ditinggal dan kesendirian dalam batin yang sangat menderita dengan keadaan yang tidak dapat ku hindarkan saat itu, keadaan ekonomi, kesehatan yang sangat mengganggu pergerakan ku, dan komumnikasi dengan adik-adik ku pun tidak berujung baik sehingga aku memutuskan untuk pergi dan mencari apa itu arti kehidupan bebas namun bukan kebebasan.

Saat ini aku berada di sebuah kota yang sering disebut kota metropolitan yang terkenal dengan kota yang penuh dengan kebebasan oleh remaja yang berada disana, sebut saja kota Jakarta. Aku mencoba melakukan perubahan di kota ini dan sekarang aku telah menemukan apa yang selama ini aku inginkan terhadap diriku dahulunya. Sekarang aku telah mendaatkan pekerjaan yang layak dengan ijzah yang telah aku dapatkan untuk memperoleh hasil yang sekarang aku terima.dan aku tidak lupa kepada kedua orang tuaku setiap bulannya, ya... walaupun kedua orangtuaku masih sangat menginginkanku kembali seperti dulu lagi, mereka tetap bersyukur karena aku masih dan bisa menjaga hargadiriku sebagai wanita.

Namun perubahan itu terungkap ketika aku bertemu dengan beberapa orang yang aku kenal dan juga pernah menjadi teman yang mereka anggap sahabat, pertemuan mereka denganku memang sangat diluar perkiraanku dan diluar rencana dan harapanku. Satu hal yang aku tidak bisa berpikir ketika itu dan hanya bisa mendecak “ kenapa aku harus bertemu mereka di sini?!” itulah hal tersirat di benakku saat itu. Memang benar pertemuan itu tidak sangat aku harapkan dan tidak aku inginkan dengan hati yang senang dan tidak juga dengan lapang dada. Mereka semua adalah teman yang aku kenal semaasa sekolah SMA di tahu 2011.

 Pertemuan itu terjadi saat aku sedang menikmati secangkir kopi dan cake yang ku pesan di sebuah kafe yang menjadi tempat favorit ku selama berada di jakarta. Saat itu aku sedang berbagi canda tawa dengan teman sekantor yang berstatusteman dekatku dan mengetahui semua perubahan yang terjadi padaku selama beberapa tahun ini. Ria, dialah teman dekatku saat ini, dan juga teman sekaligus tetangga kontrakan ku.”hahaha...bisa jadi shan, kan aku juga udah perhatikan kalau Deri memang menaruh hati padamu sejak kamu diterima bekerja diperusahaan kita”. Saat itu perbincangan kami fokus pada Deri, rekan kerjaku dan memang jabatannya diatasku setingkat. Deri memang menyimpan rasa terhadapku saat tiga bulan aku berkerja di perusahaan tempat aku bekerja saat ini. Walau demikian aku tidak membarikan ia celah sedikitpun dan hanya menganggapnya sebagai teman dan rekan satu kantor. “oke Ria, aku akui kalau deri memang ganteng dan mapan untuk melanjutkan ke arah yang lebih memikirkan masadepannya, tapi kamu tahu sendirikan... status dan latar belakang ku yang sangat sulit diterima oleh pria yang benar-benar mengkaji kehidan pasangannya?”. “ iyaaaa, aku paham shan ! tapikan engga mungkin kamu harus seperti ini terus menerus dan memendap dan menutup hati Cuma karena kamu takut identittas mu yang sangat kelam sulit di terima oleh pria yang benar-benar bias menerimamu dengan sepenuhnya dan tulus dari apa yang ada pada dirimu dan keluargamu.

Pembicaraan kami saat itu berubah mencadi serius karena ria mulai menyadarkan status single ku yang katanya abadi selama lima tahun. Oke ! aku mungkin sudah saatnya mulai memikirkan apa itu masa depan dan pendamping hidup. Tapi, aku masih belum menemukan pria yang benar-benar bisa melihatku lebih jauh lagi. Apakah itu masalalu, ataupun keburukan yang aku punya. Mungkin memang sulit untuk mencari pria yang aku inginkan. Tapi, setidaknya aku menemukan satu daru sejuta pria yang ada di negeri ini. “ah, sudahlah ri.. jangan ngobrolin itu lagi, aku lagi gak mood ngomongin pria”. Setelah aku meminta ria untuk menghentikan pembicarannya tentang pria masadepan, aku menyuruhnya menunggu ku sejenak sebelum kami keluar dari kafe tersebut. “sebentar! Aku ke toilet dulu”.

Aku terus menuju toilet untuk mebuang beberapa air yang telah ku minum, yah.. setidaknya aku bisa lega di perjalanan pulang nanti dan tidak menyetop taxi untk mampir ke kamar kecil pinggir jalan untuk membuangnya, hal yang paling tidak disukai oleh ria keti perjalanan seperti itu, dan juga akan menambah tarif taxi yang kami naiki. Kekamar keecil setelah minum di kafe langganan kami adalah kebiasaanku akhir-akhir ini. Apakah itu efek dari kopi yang aku minum atau dari makanan yang mengandung serat yang aku konsumsi.

“auch...!!”. memang tubuhku sangat remuk ketika aku menabrak tubuh seseorang. “aah..ap-apa anda tidak apa-apa??! Maaf, tadi saya tidak melihat anda didepan saya, karena saya sibuk dengan hape yang saya pegang”. Oke untuk permintaan maaf yang aku nilai 8 untuk pria itu, tapi bagaimana biasa tubuh kecilku menerima sakit yang lumayan membuat pergelangannku terasa sedikit ngilu dengan tubuh kekar pria barusan. “ya, lain kali kalau jalan jangan mandangi hape terus, untuk tabrakan dengan manusia, coba kalau tabrakan di taman kota atau di penyeberangan jalan! Taman sudah nyawa anda!”. Hmmm sedikit ngeri ucapanku saat itu, tapi apaboleh buat!! Aku sedang kesal dan baru kali ini seumur hidupku di tabrak oleh tubuh keras yang kalau ria menyebutnya dengan tubuh kekar. Aku berlalu pergi dan tidak menoleh sdikitpun kepada pria yang telah menabrak tubuhku, jangankan menoleh melihatnya pun tidak ku lakukan. Bersambung  Perubahan Maidenvillage Awal Pertemuan Dengan Dimas
By_Maidenvillage

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama