Q Beritakan_Biji kakao  merupakan salah satu komoditi  perdagangan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan  dalam rangka  usaha  memperbesar/meningkatkan devisa negara  serta penghasilan  petani kakao. Produksi biji kakao Indonesia secara  signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat  rendah dan  beragam,  antara  lain kurang  terfermentasi, tidak cukup  kering, ukuran biji tidak  seragam, kadar kulit tinggi, keasaman  tinggi, cita  rasa sangat beragam dan tidak konsisten. Hal  tersebut  tercermin dari harga  biji kakao Indonesia yang  relatif rendah dan dikenakan  potongan  harga dibandingkan  dengan harga produk sama  dari negara  produsen lain.  Namun disisi lain kakao Indonesia juga mempunyai keunggulan   yaitu  mengandung lemak  coklat dan dapat menghasilkan bubuk kakao dengan mutu yang baik. 

Seperti diungkapkan oleh Bernando Sinaga melalui akun Fecebook nya.

Sore tadi ( kemarin ) saya bertemu dengan warga Perancis yang berminat investasi kakao di sumatera barat. Dihubungkan oleh teman yang bekerja disana. Niatnya memberi gambarsn peluang fabrikasi kakao, sibule bilang impossible. Menurut Belgium dan switzerland belum yakin dengan hegyenitas olahan kakao bila tidak dilakukan di tempatnya.

Saya bisa memaklumi maksud sibule terkait keseriusan dua negara ini dalam membuat produksi unggulan yang mendunia. Saya berikan alternatif agar mereka buat pabrik disumatera barat. Cukup memformulasikan SNI dengan standar yang ingin dicapai dalam produksi kakao olahan disana. Dia bilang " high cost, terlalu banyak mesin yang harus dibawa".

Pikiran saya sederhana saja, Bila ingin Sumatera Barat menjadi sentra kakao IBB, maka harus ada fabrikasinya. Supaya rantai distribusi bahan baku bisa diperpendek dan menyebabkan harga lumayan dilevel petani produsen.

Tapi bila ingin membangun perkebunan dan mengeskpor biji, rumit saya memikirkanya.

Baca Juga : 

• RAME-RAME NGOMPOL DI WARKOP
• PRO KONTRA, UJUNGNYA LUPA DIRI ?