PENDIDIKAN BERKARAKTER


Pernah suatu masa aku berkhayal punya Sekolah-an ku sendiri. Tapi khayalan itu begitu tinggi, panjang dan muluk. Namanya juga berkhayal, ya sekalian lah jangan nanggung-nanggung. Kalau ditulis semua bisa keriting jempol. Saking panjangnya aku sampai lupa kalau harus menyalinnya semua disini.
Pengennya tuh punya sekolahan yang dimulai dari tingkat paling dasar, taman kanak-kanak lalu SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Maksudnya supaya anak-anak didiknya sudah dibentuk karakter moralnya sejak dini dan tidak terkontaminasi oleh bentukan lain kalau dia melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Di Taman kanak-kanak aku akan menerapkan kurikulum dasar yang lebih mengarah ke pembentukan moral dan etika. Disitu mungkin urusan baca tulis dan berhitung tidak akan terlalu banyak porsinya. Malah akan cenderung ditiadakan saja. Aku lebih suka kalau murid TK ini diajarkan bagaimana caranya mengantri, membantu temannya atau berempati lah istilahnya. Bagaimana cara menghormati guru dan menyayangi teman. Belajar tentang kejujuran, disiplin dan tentang rasa malu.

Belajarnya juga bukan dengan cara anak-anak duduk di kursi masing-masing lalu guru memberi materi di depan tapi lebih ke bermain atau penerapan langsung. Jadi sekolahan ini lebih seperti taman bermain. Bedanya ada pembimbing yang mengarahkan. Dan permainannya adalah simulasi-simulasi yang punya muatan moral dasar. Menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, menghargai lingkungan dan keindahan. Serta menghargai kelompok atau komunitasnya.

Setelah selesai di TK mereka melanjutkan ke SD. Di SD ini nilai-nilai yang ditanamkan di TK akan lebih diaplikasikan. Mereka akan mulai diajarkan baca tulis dan menghitung. Tetap diselingi pendidikan moral dalam pengaplikasian nyata. Misalnya dalam urusan mengerjakan PR. Yang dinilai bukan hanya isi materi tapi bagaimana disiplin waktunya, kejujurannya, dan harga diri. Mereka akan malu jika mencontek PR temannya.

Intinya mah Sekolah itu akan menerapkan pendidikan yang berkarakter. Siswa dididik bukan hanya untuk menjadi pintar secara akademik tapi juga secara moral. Karena kecerdasan bukan hanya potensi akademik, tapi ada beraneka ragam dimensi kecerdasan yang sifatnya konkrit, seperti ketrampilan, seni, olahraga dan kegiatan non akademik lainnya.

Kenapa kalau sekolahnya tidak sekalian berjenjang dari TK sampai PT, karena belum tentu sekolah lain yang mereka pilih menerapkan hal yang sama. Ditambah lagi mereka tidak perlu direpotkan untuk daftar sana sini setelah lulus dari satu jenjang pendidikan.

Untuk fasilitas sekolahnya sendiri aku ingin punya sekolah yang bersih dan terawat. Itu wajib. Apapun fasilitasnya kalau lingkungannya kotor dan barang-barangnya tidak terawat rasanya nggak akan menyenangkan deh. Dan yang bertugas merawat serta membersihkan adalah murid-murid itu sendiri. Dengan menerapkan nilai-nilai yang sudah ditanamkan sejak dini.

Ruang belajar yang nyaman karena bersih, ada petugas piketnya dan murid-murid yang tidak bertugas wajib menjaga kebersihan. Toilet yang sebersih toilet hotel berbintang. Perpustakaan nyaman yang menggoda setiap murid untuk betah menghabiskan waktu disana di sela-sela waktu belajar. Laboratorium yang memancing keinginan murid untuk berkreasi dan berinovasi. Dan tidak ketinggakan mussolah.

Di bagian belakang sekolah atau bagian taman-taman akan diaplikasikan sebagai lahan pertanian. Yang akan ditanami aneka sayuran oleh murid-murid dan guru yang punya minat di bidang pertanian. Selain sebagai hiburan juga disini murid akan diajarkan untuk menyukai bekerja keras dan menghasilkan sesuatu. Ini juga bisa dijadikan sistem penebusan sangsi. Pasti ada saja murid-murid yang melanggar peraturan dan akan dikenai sangsi. Di sekolah ini akan dilarang memberikan sangsi yang tidak mendidik seperti menjemur di lapangan atau lari mengelilingi lapangan dibawah terik sinar matahari. Sangsi yang diterapkan di sekolah ini hanya sangsi yang punya nilai manfaat bagi siswa dan lingkungannya. Ya itu tadi misalnya diwajibkan menanam pohon atau sayuran di kebun sekolah. Atau membuat kompos, membersihkan mussolah, dan lain lain.

Di jenjang pendidikan SMP baru akan lebih fokus ke penelusuran minat dan bakat. Sekolah ini tidak akan mewajibkan siswanya untuk dapat nilai bagus di semua mata pelajaran. Hanya wajib dapat nilai bagus di pendidikan moral. Bahkan siswa boleh memilih pelajaran apa saja yang ingin diikuti dan yang tidak ingin diikutinya. Tapi karena berkait dengan sistem pendidikan nasional mungkin hal ini akan sulit diterapkan. Tapi karena diasumsikan mereka akan melanjutkan ke tingkat SMA dan PT yang masih satu perguruan maka masalah nilai mata pelajaran tidak akan terlalu dipersoalkan dalam penerimaan siswa baru.

Misalnya, siswa SMP yang tidak lulus UN atau nilai mata pelajaran yang diujikan di UN kecil tetap akan diterima di SMA. Atau karena siswa lebih fokus mempelajari satu atau dua mata pelajaran UN nilainya akan lebih baik dan mendongkrak nilai mata pelajaran yang lain.
Untuk menunjang semua itu aku akan memilih guru-guru yang punya misi dan visi yang sama. Yaitu mementingkan pendidikan moral dan nilai-nilai dasar kehidupan.
Masalah biaya operasional yang bisa jadi sangat tinggi akan diatasi dengan cara subsidi silang. Yang punya kemampuan ekonomi tinggi bisa mensubsidi yang ekonominya rendah. Jika tidak bisa,  sekolah dibantu siswa dan guru akan menggalang dana dengan cara menghasilkan produk-produk bernilai ekonomis.

Contohnya, dari bagian laboratorium, siswanya diajari cara membuat sabun mandi. Hasilnya sabun-sabun ini akan diproduksi massal dan dijual di pasaran. Dari Lab bahasa siswa akan diajari menulis dan membuat buku atau komik dan dibantu produksi pembuatannya menjadi buku yang bisa dijual. Begitu juga dari perkebunan dan bidang-bidang yang lain.

Fyuuuh...sepertinya khayalanku sudah terlalu panjang. Padahal belum masuk ke sesi SMA dan PT. 
Jempol mulai kram nih. Tapi sepertinya masih ada yang tertinggal. Apa ya?..

Lanjut lain kali saja deh. Untuk sementara ini itu saja gambaran sekolah yang ingin kubuat. Intinya aku ingin punya sekolah yang menerapkan pendidikan berkarakter moral dan berbudaya. Yang bisa mengasilkan siswa cerdas tidak hanya secara akademik tapi juga secara moral.
Itu saja.

1 Komentar

  1. Pendidikan berkarakter memang sangat dibutuhkan dalam menyambut era globalisasi yang kian tak terbendung ini..

    Pendidikan yang bersipat membangun mental dan karakter building akan mampu menghadapi tantangan zaman...

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama