MENCADIN DI JALAN NERAKA


Aku menyebut jalan ini jalan neraka. Dan petualangan yang kulalui dijalanan ini kunamai petualangan neraka. Entah kenapa kusebut jalan neraka padahal belum pernah ke neraka. Terlintas begitu saja tiap lewat jalan ini. Yang pasti jalan ini luar biasa parah walaupun tak ada apinya. Saat musim panas debunya minta ampun sampai-sampai semua daun tumbuhan di kiri kanan jalan berwarna coklat ditempeli debu yang sangat tebal. Kalau naik motor tanpa helm dijamin rambut jadi pirang  dan wajah bakal coklat keluar dari sana. Belum lagi lubang-lubang disana-sini yang makin hari makin lebar dan dalam.

Kalau musim hujan beceknya..amboooi makkk. Lumpurnya bisa mencapai ketebalan lebih dari 30cm seeeepanjang jalan. Licin. Salah jalan bisa terjebak macet.

Jalan ini selalu rusak setiap curah hujan tinggi dengan intensitas rapat. Karena jalan ini termasuk jalan aktif yang banyak dilalui kendaraan baik roda dua, roda empat dan roda delapan. Maklum jalan ini menghubungkan ibu kota kabupaten dengan desa-desa kecil yang tersebar di dalamnya. Jadi lalu lalang kendaraan ini memperparah kerusakan selain juga karena minimnya perawatan.

Tempat ini juga menjadi titik pertambangan di daerah Bangka Tengah. Selain itu ada banyak perkebunan sawit yang hampir setiap hari memanen dan butuh truk untuk membawa hasil panen ke pabrik pengolahan sawit.

Dulu saat PT. Koba Tin masih aktif jalan ini selalu dirapihkan setiap minggu. Karena banyak mobil tambang dan mobil pengangkut pekerja tambang yang melalui jalan ini. Jadi setiap minggu walau kondisinya tidak parah pasti di gusur supaya tetap rata. Tapi setelah PT. Koba Tin non aktif tidak ada yang peduli pada kondisi jalan primadona ini. Pemerintah saling lempar tugas siapa yang seharusnya memperbaiki jalan ini.

Bemban adalah daerah pertambangan dan perkebunan. Letaknya sebagian masuk Bangka Tengah dan sebagian masuk Bangka Selatan. Selama ini perawatan jalan dilakukan pihak swasta. Entah kapan pemerintah akan ambil alih.

Tanah disini subur dan hasil tambangnya melimpah. Walau jalan yang harus dilalui seperti neraka aktifitas harus tetap jalan. Pasokan BBM harus diantar ke pekerja-pekerja tambang untuk menjalankan mesin. Hasil panenan sawit harus diangkut ke pabrik sebelum buahnya rontok dan busuk. Pasokan pangan juga harus sampai pada ratusan pekerja tambang dan perkebunan di dalam. Meski hujan, becek dan banjir harus dilalui, langkah pantang bersurut. Ada perut-perut kelaparan yang menunggu di rumah, ada mulut-mulut kecil yang menunggu susu dan ayah pulang. Jalan neraka yang harus dilalui untuk surga kecil seorang ayah.

Malam itu aku bertekad harus pulang setelah seharian menunggu hujan reda.  Temanku sih menyarankan agar aku menginap saja. Sudah jam 22.50, terlalu larut untuk menyusuri jalan neraka yang kalau siang saja sudah mengerikan apalagi malam. Tapi aku sudah lebih dari seminggu tidak pulang. Apalagi istriku mengabari kalau si kecil badannya panas tinggi. Maka ketika hujan berhenti aku membereskan barang-barangku, dan bergegas pulang.

Dalam kegelapan hanya dengan penerangan dari lampu motor aku menembus malam yang dingin. Tanpa bermaksud takabur aku meyakinkan temanku kalau tak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena bukan kali ini saja aku pulang malam-malam melintasi jalanan ini.

Dipertengahan jalan tiba-tiba aku merasakan tengkukku dingin. Kupikir ini karena udara malam yang mulai berubah. Aku bukan orang yang penakut dan percaya tahayul. Aku tetap melaju dengan terus berpikir positif dan konsentrasi mengendalikan sepeda motorku.

Tapi sekuat apa pun aku berusaha berkonsentrasi tetap saja aku terganggu oleh rasa dingin yang kurasakan di tengkukku. Ditambah lagi samar-samar tercium bau busuk yang luar biasa. Dan aku kok merasa memiliki penumpang dibelakangku.

Karena tak tahan lagi aku memutuskan menghentikan motor sejenak. Kuparkir motor dan turun tanpa mematikannya. Bau busuk itu hilang dan tengkukku juga tidak dingin lagi. Untuk menghilangkan gelisah kunyalakan sebatang rokok. Dalam hati aku berdoa memohon perlindungn Tuhan. Dan berkata dalam hati pada mahluk tak kasat mata agar jangan menggangguku karena aku hanya lewat dan tak mengganggu mereka.

Belum habis sebatang rokok kulanjutkan lagi perjalananku. Untuk tiba ke jalan raya aku harus menempuh jalan sepanjang 15km. Tapi kali ini rasanya aku harus menempuh puluhan kilometer. Tiba-tiba bau busuk luar biasa itu tercium lagi. Kali ini lebih parah dari sebelumnya. Dan tengkukku sangat dingin. Bahuku kaku seolah ada beban berat yang diletakkan diatasnya. Tubuhku juga mulai kaku rasanya. Ingin sekali menoleh kebelakang. Tapi leher ini sulit sekali digerakkan.

Aku berdoa dalam hati. Serangkaian bacaan doa ku baca. Tiba-tiba, Astaga!! aku teringat sesuatu. Aku membawa pisang dalam tumpukan barang-barangku. Cepat kuhentikan motor dan menarik barang bawaanku lalu melemparnya sekuat tenaga ke pinggir jalan. Dan secepat kilat memacu motorku. Dahiku berkeringat dalam dinginnya udara malam.

Aku baru ingat kepercayaan masyarakat Bangka bahwa ada pantangan membawa pisang, atau ketan di malam hari. konon katanya hal ini bisa mengundang mahluk astral untuk datang.
Dan bau busuk itu, persis seperti yang digambarkan sebagai Mencadin. Mencadin menurut cerita sebagian besar masyarakat Bangka dikenal dengan sosok hantu yang menyerupai pocong yang berbau busuk. Konon asal muasal hantu ini adalah sosok manusia yang dalam perjalanan hidupnya sering melakukan kemaksiatan.

Sebagai pendatang aku menghormati kepercayaan masyarakat tempatku berpijak. Tapi aku tak pernah benar-benar percaya. Walau aku percaya bahwa pada yang ghoib sesuai rukun iman. Tapi kejadian tadi benar-benar diluar nalarku.

Aku baru bisa bernafas lega saat tiba ke jalan raya dan tiba-tiba lampu-lampu jalanan jadi terasa sangat indah. Thanks God sudah melindungi perjalananku. Lain kali aku harus lebih mawasdiri. Petualangan jalan neraka kali ini sungguh mendebarkan.
#HororBabel
#amimustafa

1 Komentar

  1. Kalau itu mah pasti edun atuh kang jalannya kalau penggemar trek sejati mah enteng atuh kang kalau gituh mah (sok tau lo kang nuru) ahi hi hi tapi emang susah sih kang kalau yang baru pertama kali coba (seperti saya) pasti agak agak gimana gituh rewas.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama