KENANGAN Mr. BASSTON

#

Sebentar lagi Idul Fitri. Teman-teman sekantor yang berasal dari luar daerah sudah sibuk merencanakan kepulangan ke kota masing-masing bersama keluarganya. Sementara teman-teman yang warga lokal sibuk mempersiapkan menyambut hari raya. Otomatis banyak pekerjaan yang ditunda atau disesuaikan dengan keadaan.

Seperti kebanyakan pekerja asing lainnya di perusahaan ini hari-hari menjelang Idul Fitri tidak terlalu berpengaruh bagi kami. Semua berjalan seperti biasa. Mungkin yang agak terasa adalah layanan asisten rumah tangga. Yang mana mereka sudah mulai sibuk dengan urusan rumah tangga dan mulai minta cuti. Karena hubunganku dengan asisten rumahtangga ku, Bu Mur, dan keluarganya sudah akrab mereka menawariku untuk merayakan Idul Fitri bersama mereka.

Bu Mur tinggal di perkampungan tak jauh dari komplek perumahan perusahaan. Kampung nelayan yang padat. Rumahnya tidak besar tapi rapih dan bersih. Yang terasa menyolok adalah keakraban diantara setiap anggota keluarga begitu terasa. Bu Mur tinggal bersama suami dan dua orang anak perempuan serta seorang anak laki-laki, Budi,  yang biasanya sekolah di luar kota.

Menjelang lebaran Budi kembali dari kota dengan membawa banyak buah tangan. Adik-adiknya menyambut kedatangannya dengan suka cita. Mencium tangannya dengan takjim dan Budi memeluk hangat adiknya satu persatu setelah itu menghampiri orang tuanya yang saat itu sedang bercakap-cakap di beranda denganku sambil menganyam daun kelapa untuk membuat ketupat.

"Assalamualaikum Mak, Bak" ucapnya sambil mencium tangan keduanya dan memeluk hangat.

"Waalaikumsalam..Budi" jawab Bu Mur dan Pak Badrun berbarengan.
Lalu Budi menghampiriku dan membungkuk hormat sambil menyalamiku

"Apa kabar mister Bass?"
"Hai Budi..kabar baik"

Lalu mereka saling bercerita melepas rindu sementara adik-adiknya sibuk membongkar oleh-oleh yang dibawa Budi. Aku sangat menyukai moment ini. Sebagai ekspatriat yang tinggal sendiri di negeri orang jauh dari keluarga momen ini sangat langka bagiku. Kebahagian yang terpancar di wajah mereka membuatku ikut merasa bahagia.

Sehari menjelang Idul Fitri, pagi-pagi sekali Bu Mur sudah pergi ke pasar. Aku mengalihkan rute lari pagi ku ke pasar. Budi mengikutiku. Di pasar sudah ramai. Sangat ramai. Semua orang berbelanja seolah-olah tak akan ada hari lain untuk berbelanja dan ini sungguh hari terakhir. Mulai dari daging, ikan, ayam, bumbu masak, kue-kue kering dan basah, buah, sayuran, pakaian dan peralatan rumah tangga. Semua lapak penuh tumpah ruah. Kadang aku tak habis pikir kenapa hanya untuk satu dua hari Idul Fitri saja mereka sampai habis-habisan menghabiskan uang lebih dari sebulan gaji.

Sepulang dari pasar kesibukan di rumah jadi lebih terasa lagi. Anak-anak ikut membantu mengisi ketupat. Pak Badrun membantu membersihkan ayam dan memotong daging. Budi mengawasi tungku perapian dan Bu Mur meracik bumbu. Aku bingung mau membantu apa akhirnya memutuskan berbaur dengan anak-anak perempuan.

Hari yang ditunggu pun tiba. Takbir berkumandang dan orang-orang berduyun-duyun ke masjid atau tanah lapang dengan pakaian baru. Aku diam di rumah sambil sesekali melongok keluar jendela. Meja di ruang tamu sudah penuh oleh aneka macam kue dan minuman. Meja di ruang makan juga penuh oleh makanan berat dan ketupat. Ketupat yang belum d potong bergelantungan di tembok. Hmmm..so unique.

Setelah selesai sholat orang-orang berkeliling saling mengunjungi rumah tetangga, suasana kampung nelayan ini jadi meriah dan tampak suka cita. Suasana yang tak pernah kusaksikan di tempat asalku. Aku juga ikut berkeliling ke rumah-rumah tetangga. Terkadang diiringi tatapan aneh dengan penampilanku yang berukuran hampir dua kali dari tinggi mereka. Tak jarang aku harus merundukkan kepala saat memasuki rumah-rumah mereka. Yang paling aku suka dan tak kan pernah kulupakan sambutan hangat mereka seolah aku ini saudara jauh yang baru pulang dari merantau. Inilah surganya Bangka Island. Tempat dengan pemandangan alam yang indah mungkin banyak di belahan dunia lain, tapi kehangatan dan keramahan penduduknya hanya kutemukan disini.

#JBasston'smemory
#amimustafa

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama