Perubahan Maidenvillage Awal Pertemuan Dengan Dimas

Perubahan Maidenvillage Part II. Baca Juga Perubahan Maidenvillage Part I. Baru kali ini aku bertemu dengan wanita yang jutek dan judes. Wanita itu membuatku tersenyum untuk pertama kalinya,maksudku pertamakali aku tersenym dengan sikap wanita. “apa anda tidak apa-apa pak?”. 

Seorang asisten menghawatirkanku saat berbenturan dengan wanita yang mungkin memiliki tinggi 164cm dan tubuh yang mungil. “ya, saya tidak apa-apa? Hmmm... apakah wanita itu sering mampir kesini?”. 
 
Spontan aku bertanya pada asisten kepercayaan ku di kafe itu, kerena sebagian karayawanku memang menganggap kafe itu sangat disenangi oleh beberapa orang yang menginginkan tempat nyaman yang tenang melepas kestressan mereka saat bekerja. “oh, itu shanti karyawan kantor kita pak! Dia bawahan bapak nantinya, posisinya di perusahaan sangat dibutuhkan di bagian promotion, dan terkadang kami juga membawanya kelapangan karena dia sangat aktif dengan perkembangan perusahaan dan keahliannya memang tidak terfokus dalam bidang perusahaan pak, tapi penempatannya berada di karyawan emergency”. 

Penjelasan bawahanku membuat ku mendapatkan sebuah hadiah karena papa memibdahkan ku dari perusahaan nya yang berada di bogor dan melanjutkan perkembangan di perusahaannya di jakarta. “aahhh,ya,,, “. Aku mumkirkan targetku tapi...”maafpak, apa bapak tertarik dengan shanti dengansekali pandang? Dan dengan pertemuan yang menyebalkan membuat pak Dimas terhipnotis? Yaa,,, saya hanya mengingaatkan pak, shanti memang cantik, tapi dia tidak menyukai pria yang hanya menyenangi fisiknya saja.karena rei sudah menjadi korban penolakan mentah-mentahnya shanti minggu lalu”. Oke, itu penjelasan yang membuat aku semakin penasaran dengan sosok wanita yang bernama shanti.
 
Baiklah!!! Pagi ini adalah hari sabtu, dan aku memang tidak ada acara di hari ini sepulang kantor yang terhitung hanya setengah hari. Saat itu aku hanya ingat untuk mampir ke mall memmbeli keperluanku, dan keperluan lain yang memang sudah menipis di tapurku minggu ini. 

Waktuku untuk sabtu dan minggu memang sangat banyak dan tidak ada yang tahu kalau aku akan pergi kemana dan dengan siapa. Seperti biasa sabtu pagi aku masuk kantor dan memulai kerja seperti biasa di kantor itu. 

Pagi itu sebelum lift yang akan ku masuki lama sekali untuk terbuka, dan...” mampus !! kan hari ini ada perkenalan dengan anaknya bos besar! Mana lift nga bersahabat lagi...oh god.... jangan sampai image aku buruk dengan atasan baru hari ini!”. Setelah aku bergumam dan seperti komat kamit, ternyata disampingku sudah berdiri seorang pria yang gagah, tegap dan aku beri nialai 9untuknya pagi ini,tak heran dia tersenyum padaku, karena ada dua kemungkinan untuk senyumannya, pertama : tersenyum untuk menyapa sesama manusia.dan kedua : tersenyum karena aku bicara sendiri di depan lift, malu!?! Ya jelas lah aku sedikit meringis dengan ekspresi pria itu. “salemat pagi”. Sapanya ramah. “ ya, pagi juga. Anda bekerja di kantor ini juga?”. 

Pertanyaan langsung tanpa basa-basi mulai kulontarkan padanya.”ya, hmmm tapi sekarang saya dengar adapertemuan dilantai lima,apakah anda juga mau kesana?”. What!! Pria ini juga mau kesana?? Hmmm berarti aku tidak sendirian kepertemuan itu, yah,,, setidaknya aku telat tidak sendiri...” iya, tapi pasti saya dapat teguran nanti,karena saya di tugaskan untuk penyambutan nantinya...”. aku mengeluh dengan ekspresi yang lucu sampai-sampai priaitu benar-benar tersenyum melihatku.” Ayo masuk”. Pria itu langsung menarikku kedalam lift dan langsung mekat tombollantai lima.
 
Didalam lift kami tidak banyak bicara dan tau sendiri ketika aku sudah telat 20 menit dari jadwal yang di perintahkan kepada karyawan. “tenang saja.. kamu tidak akan kena tegur untuk hari ini, dan jangan sampai lalai lagi jiga kamu ada acara penting seperti ini”.wah wah wah, 

KAMU !! dia sepertinya mau belagakakrab dengan ku....
“selamat    pagi    semuanya,maaf    saya    terlambat    untuk    pagi    ini”. Haaaaahhhh!!! Melongo dan kelihatan bego, mungkin itulah yang dapat untuk menerjemahkan ekspresiku saat mendengar sapaan dan melihat dimana dia berdiri diruangan itu. “mampus ! ternyata dia atasan barukuuuu....”. mau ngumpet dimana coba,,,kepergok langsung...haaaaaa taman riwatku didepan atasan baru. “eh, kok bisa telat kamu?! Ga biasanya kamu telat selama ini shan!?” yang aku terima pagi itu adalah omelan dan peringatan dari ria, temanku. “mau gimana lagi...aku tadi cek persediaan dapur... gak tau dech udah telat aja..”. ria hanya bisa memandangiku dengan penuh kasihan karena melihat aku malu di depan atasan baru kami.
“oke, mungkin untuk lebih akrabnya kalian dapat berkenalan lebih lagi ketika bekerja dan jam istirahat nanti, sekarang kalian kembali ke pekerjaan kalian”. 

Bos besar kami membubarkan pertemuan pagi itu, tapi aku sangat tidak beremangat pagi itu, entah aku terlambat, atau memang aku merasakan kondisi tubuhku yang sedang tidak sehat. “shan,kamu kelihatan pucet... kamu ga apa??”. Ria menyadari kondisi ku pagi itu. “ah,,, aku juga ga tau kenapa tiba-tiba aku jadi sempoyongan barusan ri..”. entahlah apa penyebab tubuhku menjadi lemah setelah pertemuan pagi itu. “shanti, nanti kamu antarkan berkas yang akan di serahkan ke pak dimas ya?!”. Itu memang tugasku, tapi kali ini aku meminta ria untuk mengantarkannya karena sudah tidak sanggup bagiku untuk menuju ke ruangan pak dimas.
 
Tok-tok !! “ya masuk”.
“ maaf pak, shanti sedang istirahat di ruang OB, sepertinya dia tidak enank badan pak, dan ini berkas yang bapak minta”.
“terimakasih ria, kalau boleh saya tau shanti yang terlambat dengan saya tadikah yang bertugas untuk ini??”.
“ iya pak, tp kali ini dia meminta saya utnuk menolongnya”.
“apakah dia butuh izin pin pulang??”
“tidak perlu pak, dia sudah terbiasa dengan keadaan yang seperti itu, paling lama dua jam lagi dia sudah bisa melakukan kerja lagi seperti biasa pak, saya permisi pak. Saya harus melanjutkan pekerjaan saya, karena shanti dapat mengalahkan time work saya. Dia lebih cepat dari saya”.
“oh-oohh.. ya sudah.. “
Memang penyakit tubuhku tidak bisa ditebak datangnya kapan dan dimana. Pagi itu aku melakukan istirahat penuh di ruangan OB, karena tidak sanggup lagi berjalan dan panadanganku mulai kabur. Aku terduduk dan tergeletak di atas meja, keringat dinginku mulai keluar segede-gedenya, aku mencoba membuka blezzer hitamku dan tidak memperhatikan siapa yang akan melihatku nanti.”    Apa kamu baik-baik saja?? Tubuhmu mengeluarka banyak keringat, apakah kamu perlu ke rumah sakit?”. Samar aku mendengarkan pertanyaan yang penuh kecemasan. Aku juga merasakan keringat yang keluar dari tubuhku di lam dengan handuk yang dibasahi dengan air hangat. “sudah, lanjutkan pekerjaanmu, jangan cematkan aku, aku sudah biasa mengalami hal ini, jadi tolong jangan cemaskan aku, pergilah?!”. Seolah mengusir, dan aku tidak lagi sadarkan diri setelah itu.
Selama dua jam aku tidak sadarkan diri dan ketika sadar aku melihat dimas sudah duduk di samping aku terbaring, dan sontak aku terkejut dengan kenyataan kalau dimaslah yang menjagaku! Atasan yang barusaja ku kenal dan juga belum sempat berkenalan.
“pak dimas?!!”.
“kamu sudah sadar??”. Aku merasakan pertanyaan khawatir yang mesti aku jawab untuk menyenangkan dan memberikan ketenangan untuk atasan yang perhatian kepada bawahannya.
“saya tidur berapa jam?”.
“hah!! Kamu tanya tertidur?? Kamu barusan pingsan shanti? Bukan tidur!”.
“iya, saya ralat, ssaya pingsan ada berapa jam pak dimas??”.
“haha.. kamu itu wanita yang bikin aku seperti orang yang mendapatkan hiburan di jam tertentu tau... 2 jam cukup membuat aku khawatir sebagai atasan baru kamu?!”.
“siapa juga suruh nunguin saya, kan sudah saya peringatkan sebelum ssaya tertidur pulas selama dua jam penuh !”. aku memang jutek dan cuaek terhadap pria yang mencoba untuk perhatian padaku, baik itu atsannku sendiri, karena itu untuk pembatas bagi mereka. “hah!!”
“kenapa??!!”. Dimas bingung apa yang sedang aku kagetkan
“selama dua jam bapak memperhatikan saya dalam kondisi .....”.
“heh, gadis mungil ... saya bukan laki-laki yang memiliki hidung yang belang, seperti yang kamu fikirkan saat ini.”. dimas mengacak ranbutku.
“ya, siapa tau cover itu menipu ... toh juga saya juga ga sadar dan ga tahu apa yang bapak lakukan”. Sambil mencoba untuk berdiri dan mengambil keseimbangan tubuh, aku mencari blezzer yang aku buka sebelum aku pingsan. Sempoyan tubuhku ternyata belum stabil dan hampir merebahkan tubuhku ke lantai. Dimas yang memperhatikan gerakan lemah ku langsung menangkap tubuh lemahku saat itu, tepat pegangan lengan kirinya melingkar di pinggang kecilku, dan tangan kanannya menyambut tubuh atasku dan merangkulnya mendekap pada tubuhnya. Aku hanya bisa mengeluhkan tubuhku “tidak biasanya pusing ku berlebihan seperti ini? Apa aku benar-benar butuh istirahat?”.
“shanti...kamu ga apa-apa?? Kamu biasa dengan aku??! Shan...”. saat itulah aku langsung di pangku oleh dimas dan dilarikan entah kemana.
Aku tersadar dan aku berada didalam mobil dimas yang akan membawaku kerumah sakit. Tapi, aku sudah sadar jadi tidak perlu di larikan keerumah sakit.

“pak, berhenti di depan”. Perintahku pada atasan ku
“kita harus kerumah sakit, kamu tu pingsan dua kali dalam wktu yang cepat tau... kamu mesti diperiksa!”. Dimas memang terlihat cemas
“pak..”
“cukup shanti, kamu jangan keras kepala, kamu harus ke rumah sakit!”. Dimas menekankan suara padaku, tapi aku lebih dari yang dia tekankan barusan.
“dimas! Aku minta berenti di depan! Perduli apa kamu dengan kondisi aku, dan perhatian macam apa yang akan kamu beri ke karyawan seperti ku?!! Pliss,,,berhenti di depan...”. nada suaraku kerap seperti hilang di kalimat akhir...dan aku mulai menangis. Dimaspun menghentikan mobilnya di sebuah taman tengan kota.
“oke. Aku bukan bermaksud apa-apa dengan semua kbaikan ini, tapi sejak pertemuan kita di kafe membuat aku ingin dekat dan kenal denganmu”.ni orang ga lihat sikon kali ya,,,, langsung aja..
“hah,,, kafe??”
“ya, waktu itu kamu bentak aku dan tidak sedikitpun menoleh dan memandang orang yang bertabrakan dengan mu. Apakah kamu ingat peristiwa itu?”.
“hoooh.. ya, aku ingat, tapiapa hubungannya dengan....”.
“aku juga ga tau apa yang membawaku untuk menaruh perhatian padamu, tapi izinkan aku untuk dekat dan mengenalmu lebih dekat.”
“itu tidak mungkin, kamu itu atasanku, aku tidak pernah di gosipkan selama in, dan aku tidak ingin di gosipkan karena aku merayu atasan ku sendiri.”. aku keluar dari mobil dan menghirup udara segar di taman itu. Dimas tiba-tiba menyelimuti tubuhku dengan blezzerku yang tidak sempat ku kenakan tadi.
“nanti kamu masuk angin”.
“thanks”
“jadi, inilah sikap penolakan yang kamu berikan pada pria sekantor yang mencoba mendekatimu??? Tapi sayangnya tidak berlaku pada ku nantinya!”.
“iya, karena kamu belum tau sepenuhnya tentangku”.
“dan aku akan mencari tau tentangmu”.
Percakapan yang membuatku cemas adalah usahanya untuk mengetahui siapa aku dan aapa alasanku menolak pria yang mencoba mendekatiku. Bersambung

By_Maidenvillage

9 Komentar

  1. kapan updetnya lagi???

    BalasHapus
    Balasan
    1. update tanggal 5 sobab. trim sudah berkunjung.!

      Hapus
    2. siapa sih yang gak mau sama dimas yang berlatarbelakang wahhhh

      ane nangkring deh sampe ni tulisan yg baru di terbitkan...

      salam untuk maidenvillage ye agan mimin

      Hapus
  2. asik cerpennya bang.. ditunggu kelanjutanya ya..

    BalasHapus
  3. Datang lagi Gan... setuju sama yang udah diatas.. ha ha ha ditunggu.!

    BalasHapus
  4. wah wah wah.... gak sabar niii... rahasia apa di sembunyikan sang wanita....
    lanjutin lagii donggg.... kyaknya menjanjikan ni,....
    gue suka sama alurnya....
    untuk penulis pasti lagi merencanakan sesuatu untuk menerbitkan kelanjutannya yaaa...
    ane tunggu lanjutan nya ya... sang penggubah.. maidenvillage...

    BalasHapus
  5. berasa gue yang jadi shanti kalau udah ngebacanya...
    ada apa dengan shanti sebenarnya?? kenapa dia menolak seakan dimas bukan tipe diaa??
    lanjutin dung dung dung mbak maiden village???....

    BalasHapus
  6. kerren nih.
    lanjut dong

    BalasHapus
  7. update dong.... penasaranniiiii

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama