MONOLOG AKHIR JUNI


Juni adalah kerinduan akan hujan di bulan Mei. Semangat mengukir kenangan baru akan hujan di bulan Juli. Tapi Juni kali ini tidak hanya tentang kerinduan akan hujan tapi juga kerinduan akan engkau di bulan  Mei. Dan bertahan untuk tetap mengukir kisah di bulan-bulan selanjutnya.

Juni kali ini juga adalah tentang menulis sebulan penuh dalam event #30HariMenulis. Tentang Ramadan yang syahdu dan tentang kembali ke kampung halaman.

Ketika semua itu menyatu dalam dalam satu titik, berjalan bersama dalam satu waktu aku hanya ingin semuanya sejalan menciptakan harmoni indah yang akan selalu kukenang. Yang akan membuatku bahagia dan menghasilkan syukur.

Ini hari terakhir di bulan Juni. Kuselesaikan tulisan terakhir untuk #30HariMenulis. Kukunjungi rumah dimana aku dibesarkan dan kuhampiri sekolah tempatku menimba ilmu. Kusambangi sawah menghijau di kaki bukit permai dan tertidur disana entah bermimpi apa.

Hujan turun menutup hari. Anginnya sejuk memeluk mengusapi tubuhku. Ingatan tentangmu menyeruak dan rindu membuncah. Bersama secangkir kopi hitam menemaniku membaca aksara penuh makna yang pernah kau guratkan untukku.

Tentang rasa, tentang keinginan bersama, tentang ingin jumpa, lalu tentang hampa. Bisakah kita hanya menjadi sahabat yang sangat dekat saja. Tidak. Setelah kita banyak bicara tentang hati tentu saja tidak bisa. Kita bisa menjadi sahabat dekat tapi tidak bisa menjadi sahabat dekat saja.

Bisakah kamu pulang dan jangan pergi lagi. Tidak. Semua sudah berubah dan ada banyak hal tidak seperti dulu lagi. Ada tempat dimana aku harus memeluk semua anakku dalam satu dekapan.

Bisakah kau menjaga tempat ini dan kembali menjalani hidup normal disini. Tidak. Bagaimana pun tidak normalnya hidupku disana tapi aku bahagia. Dan aku butuh bahagia. Ijinkan aku menolak tugas sebagai penjaga .

Bisakah rasamu kembali seperti dulu lagi? Entah. Rasa tak pernah bisa diatur. Dia hadir dalam jiwa sejujur embun pagi diatas dedaunan. Lagi pula aku tak ingin mengaturnya harus begini atau begitu. Aku hanya akan menikmati saja rasa yang hadir dan mencari cara untuk tetap mensyukurinya.

Bisakah kita bertemu dan berkumpul. Aku ingin mengabadikan pertemuan kita dan memandanginya setiapkali aku rindu masa kecil yang pernah kita jalani bersama. Bisa. Aku akan datang. Tunggu aku.
Bisakah kamu pulang merayakan hari nan fitri nanti bersama di tempat kita dulu biasa merayakannya. Bisa. Aku akan pulang dan ada bersama kalian setelah semua yang harus kulakukan tunai sudah.

Langit mulai lelah menangis. Tinggal rintik saja berderai seperti isak tangis peri. Namun belum waktunya menutup hari. Masih ada detik-detik tersisa sebelum awal Juli menghampiri.

Sama seperti waktuku disini. Belum sampai pada puncaknya. Masih banyak tempat yang ingin  kudatangi. Orang-orang yang ingin kukunjungi. Dan kisah yang ingin kujalani. Ada banyak rencana yang aku tak yakin bisa ku jalankan semua.

Juni akan segera berakhir. Tapi aku akan tetap menulis. Hujan masih akan tetap turun sesekali. Ramadan akan segera mencapai puncaknya lalu pergi dengan janji akan kembali meski entah masih akan bisakah berjumpa lagi.  Kita masih akan tetap seperti ini meski entah bagaimana tentang rasa.

Akan ada kisah baru pada Juli. Yang entah apa pun aku berharap selalu punya alasan untuk mensyukurinya. Yang pergi biarkan berlalu. Sambut yang datang dengan semangat. Hidup tak boleh berhenti sebelum habis masa diberi. Seperti roda-roda yang menggilas harus tetap dikayuh untuk tetap tegak melaju.
#amimustafa

1 Komentar

  1. Bulan juli sudah datang, saatnya untuk bertandang kesanak saudar. Dari rantauan rindu kampung halaman. Ingin tetap tinggal didesa tapi apadaya dirantauan lebih menantang, disana tampat aku mencari uang.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama