Senangnya dalam hati..jrengg..piknik naik sepeda..jreng..jrengg..... wuih
kok dari tadi rasanya pingin nyanyi-nyanyi terus yah. Rasanya memang
gembira banget. Entah karena pikniknya, tempat yang ditujunya atau
jangan-jangan karena romantisnya. Ehem..ehemm..romantis?
Yoyooii...soalnya ada si Janie. Dia itu bidadari idaman aku dari jaman
kuda belajar nyengir. Kami sudah lama tergabung dalam komunitas sepeda
Pecece, sudah sering gowes bareng, sudah dekat, akrab tapi aku masih
belum juga berani mengungkapkan perasaan ini. Tiap kali mau bilang
tiba-tiba saja lidahku kelu, lutut gemetar dan kaki kram, eh?? Ya begitu
lah pokoknya. Aku takut ditolak dan dimusuhi. Lha sudah gak jadi pacar
lalu persahabatan pun hancur wih rugi dua kali ane. Makanya selama ini
ya aku pendam saja rasa cinta ini. Aku mengagumi dan menyayanginya
diam-diam dari atas sadel sepeda.
Hari ini Pecece mau tour bike ke Air terjun Manjang Merah di Desa Berbura, Riausilip. Begitu tahu ada info tour bike aku langsung lihat siapa saja yang ikut. Dengan santai kusimak obrolan di grup sambil menunggu update list peserta. Pas giliran Janie daftar aku buru-buru ikut daftar dan namaku pas berada dibawah namanya. Hihhuuyy...bahkan lihat nama kami berdekatan saja hatiku langsung berbunga-bunga nyaris menjadi buah. Semalam juga seperti itu, ada kumpul-kumpul di sekretariat Pecece, buru-buru aku menawarkan diri untuk datang bareng. Walau saat di sekre aku dicuekin, Janie nya sibuk bercanda dan ngobrol sama kawan-kawan yang lain. Tapi aku cukup senang bisa berada di satu ruangan yang sama dengannya biar cuma nyempil di pojokan dan menyimak pembicaraan diam-diam.
Dengan nafas terengah-engah akhirnya tiba di Sekre yang sudah mulai ramai. Sepeda dinaikkan ke mobil yang akan membawanya ke Simpang Lumut. Sementara Janie disambut para oom dan tante yang sudah hadir dengan tepuk tangan karena sudah berhasil bangun subuh, aku cuma yaaah..lagi-lagi dicuekin. Malangnye sayaa. Untuk menyenangkan hati kuseruput dengan bernafsu jelly drink yang ditawarkan om Fufu. Biar setroongg.
Setelah semua berkumpul kami bersiap untuk berangkat. Aku celingak celinguk mencari sosok Janie. Dia naik mobil mana ya? Pengen bareng..hehe. Sayangnya dia sudah buru-buru masuk ke mobil om heru yang sudah penuh. Terpaksalah aku mencari mobil yang masih kosong dan terpisahlah daku dari Janie ku sayang. Hiks..Sabar..sabaaar..masih ada 15km gowes dan 2km jalan kaki yang bisa mendekatkan ku pada mu Janie, hiburku dalam hati. Tenangkan hati..perjalanan menuju Simpang Lumut tak kan makan waktu terlalu lama.
Sampai di Simpang Lumut mobil diparkirkan dan sepeda diturunkan siap digowes. Janie mana Janiie. Aku mengambil tempat start di sebelahnya. Senangnya dalam hatiiii...lalala..lililii.. hatiku
bernyanyi riang. Perasaan tenagaku jadi bertambah berlipat ganda.
Apalagi udaranya sejuk. Pemandangannya yahud. Aduh..mendukung banget
buat hati yang lagi berbunga-bunga. Rasanya seperti sedang dikelilingi
gambar love-love gitu deh di sekeliling ku. Pas sampai di Jembatan kan
kami foto-foto dulu tuh, sambil menikmati suasana
pagi..aiih..rumantyiiiss mak. Dengan sigap aku memasang wajah gantengku
ini di dekat Janie dan cekrek..oom Haris mengabadikannya. Tapi sebal ah,
kenapa juga itu wajah si Janie dijelek-jelekin.
Kan rencananya foto itu mau ku cetak ukuran poster dan kubingkai cantik buat dipasang di kamar. Dasar Janie. Dia mah gitu orangnya, cuantiiik tapi tomboy dan rada urakan. Bayangin, panggilan akrabnya aja si Boy. Hadeeh...tapi sumpeh aku cintaaa pake bangettt. Perjalanan lanjuutt. Hujan mulai turun rintik-rintik. Gunung Maras nun jauh disana kebiruan tersaput kabut tipis. Indah sekali.
Memasuki jalan setapak menuju Manjang Merah medannya mulai berat. Becek berpasir. Banyak kubangan airnya pulak. Kami beriringan satu persatu. Sudah bisa dipastikan aku berada tepat di belakang Janie. Bersiap jadi pahlawan pelindung kalau-kalau Janie kepeleset atau apalah gitu. Dan memang beberapa kali terjadi. Aku dengan sigap menolongnya. Duh..senengnya bisa megang pergelangan tangannya saat membantunya bangkit berdiri. Bukannya nangis atau meringis kesakitan Janie mah malah ngakak kegirangan. Seru katanya. Ih..kalau dia menangis kan aku jadi punya kesempatan menunjukkan perhatian lebih banyak. Wew...ngareppp.
Setelah sekian banyak becekan, kubangan lumpur, aral melintang dan sungai-sungai kecil akhirnya tibalah kami di Manjang Merah waterfall. Wadaaw...ketje badaaayyy. Air terjunnya endah banget deh. Airnya sejuk dingin bikin menggigil. Tiba-tiba..Jebuurrr! Oylalaa..Janie ku sudah salto dari bebatuan ke dalam kolam di bawah air terjun. Bener-bener ya tuh anak gak ada manis-manisnya gitu. Gak seperti air minum minerale itu. Tapi tingkahnya itu sukses merebut perhatian semua teman-teman.
Keceriaan masih meliputi suasana di Manjang Merah. Waktu bergulir terus tapi aku belum juga dapat momen yang pas buat nembak Janie. Ya Tuhan, berilah aku kesempatan sebentaaar saja buat berduaan dengan Janie. Hiks..rasanya kok gak mungkin ya. Manalagi matahari mulai jatuh dan kami harus segera kembali. Yaaa...kecewa..kecewwaaa.. gagal lagiii. Dan benar saja akhirnya kami kembali turun pulang tanpa aku sempat mengungkapkan perasaanku ke Janie.
Hari ini Pecece mau tour bike ke Air terjun Manjang Merah di Desa Berbura, Riausilip. Begitu tahu ada info tour bike aku langsung lihat siapa saja yang ikut. Dengan santai kusimak obrolan di grup sambil menunggu update list peserta. Pas giliran Janie daftar aku buru-buru ikut daftar dan namaku pas berada dibawah namanya. Hihhuuyy...bahkan lihat nama kami berdekatan saja hatiku langsung berbunga-bunga nyaris menjadi buah. Semalam juga seperti itu, ada kumpul-kumpul di sekretariat Pecece, buru-buru aku menawarkan diri untuk datang bareng. Walau saat di sekre aku dicuekin, Janie nya sibuk bercanda dan ngobrol sama kawan-kawan yang lain. Tapi aku cukup senang bisa berada di satu ruangan yang sama dengannya biar cuma nyempil di pojokan dan menyimak pembicaraan diam-diam.
Tadi pagi-pagi buta dengan semangat juang tingkat dewa aku mengayuh sepedaku menuju sekre lewat rumah Janie.
Rekomendasi :
"Jaaaaanniiieee....!!" teriakku kencang dari depan rumahnya. Saking kencangnya kokok ayam piaraan om Darto papinya Janie saja kalah. Aku kuatir Janie belum bangun. Anak itu kan sejenis kalong, malam begadang dan baru tidur menjelang pagi sampaaaaii siang.
"Hooii!! Bising!!!" teriakan sangar Janie terdengar dari dalam.
"Yoo berangkat Jan..jangan terlambat tiba di tikum" ajakku lega setelah tau Janie sudah siap berangkat.
Dan kami bergegas menuju sekre. Tapi dasar Janie, orang sudah berbaik hati nyamperi eh malah ditinggal ngebut sama dia. Hadooowh Janiiie...plis deh jangan kebut-kebut...tekucil nanti kaki ku nih.
Rekomendasi :
"Jaaaaanniiieee....!!" teriakku kencang dari depan rumahnya. Saking kencangnya kokok ayam piaraan om Darto papinya Janie saja kalah. Aku kuatir Janie belum bangun. Anak itu kan sejenis kalong, malam begadang dan baru tidur menjelang pagi sampaaaaii siang.
"Hooii!! Bising!!!" teriakan sangar Janie terdengar dari dalam.
"Yoo berangkat Jan..jangan terlambat tiba di tikum" ajakku lega setelah tau Janie sudah siap berangkat.
Dan kami bergegas menuju sekre. Tapi dasar Janie, orang sudah berbaik hati nyamperi eh malah ditinggal ngebut sama dia. Hadooowh Janiiie...plis deh jangan kebut-kebut...tekucil nanti kaki ku nih.
Dengan nafas terengah-engah akhirnya tiba di Sekre yang sudah mulai ramai. Sepeda dinaikkan ke mobil yang akan membawanya ke Simpang Lumut. Sementara Janie disambut para oom dan tante yang sudah hadir dengan tepuk tangan karena sudah berhasil bangun subuh, aku cuma yaaah..lagi-lagi dicuekin. Malangnye sayaa. Untuk menyenangkan hati kuseruput dengan bernafsu jelly drink yang ditawarkan om Fufu. Biar setroongg.
Setelah semua berkumpul kami bersiap untuk berangkat. Aku celingak celinguk mencari sosok Janie. Dia naik mobil mana ya? Pengen bareng..hehe. Sayangnya dia sudah buru-buru masuk ke mobil om heru yang sudah penuh. Terpaksalah aku mencari mobil yang masih kosong dan terpisahlah daku dari Janie ku sayang. Hiks..Sabar..sabaaar..masih ada 15km gowes dan 2km jalan kaki yang bisa mendekatkan ku pada mu Janie, hiburku dalam hati. Tenangkan hati..perjalanan menuju Simpang Lumut tak kan makan waktu terlalu lama.
Sampai di Simpang Lumut mobil diparkirkan dan sepeda diturunkan siap digowes. Janie mana Janiie. Aku mengambil tempat start di sebelahnya. Senangnya dalam hatiiii...lalala..lililii..
Kan rencananya foto itu mau ku cetak ukuran poster dan kubingkai cantik buat dipasang di kamar. Dasar Janie. Dia mah gitu orangnya, cuantiiik tapi tomboy dan rada urakan. Bayangin, panggilan akrabnya aja si Boy. Hadeeh...tapi sumpeh aku cintaaa pake bangettt. Perjalanan lanjuutt. Hujan mulai turun rintik-rintik. Gunung Maras nun jauh disana kebiruan tersaput kabut tipis. Indah sekali.
Memasuki jalan setapak menuju Manjang Merah medannya mulai berat. Becek berpasir. Banyak kubangan airnya pulak. Kami beriringan satu persatu. Sudah bisa dipastikan aku berada tepat di belakang Janie. Bersiap jadi pahlawan pelindung kalau-kalau Janie kepeleset atau apalah gitu. Dan memang beberapa kali terjadi. Aku dengan sigap menolongnya. Duh..senengnya bisa megang pergelangan tangannya saat membantunya bangkit berdiri. Bukannya nangis atau meringis kesakitan Janie mah malah ngakak kegirangan. Seru katanya. Ih..kalau dia menangis kan aku jadi punya kesempatan menunjukkan perhatian lebih banyak. Wew...ngareppp.
Setelah sekian banyak becekan, kubangan lumpur, aral melintang dan sungai-sungai kecil akhirnya tibalah kami di Manjang Merah waterfall. Wadaaw...ketje badaaayyy. Air terjunnya endah banget deh. Airnya sejuk dingin bikin menggigil. Tiba-tiba..Jebuurrr! Oylalaa..Janie ku sudah salto dari bebatuan ke dalam kolam di bawah air terjun. Bener-bener ya tuh anak gak ada manis-manisnya gitu. Gak seperti air minum minerale itu. Tapi tingkahnya itu sukses merebut perhatian semua teman-teman.
Air terjun Manjang Merah di kaki Gunung
Maras ini sungguh indah. Alamnya masih alami dengan bebatuan yang
eksotis. Airnya berwarna kemerahan tapi bening dan tidak lengket juga
tak bau dan berasa. Suasanany sekitarnya juga masih sangat alami. Nih
pas banget buat tempat mencurahkan isi hati. Pokoknya aku mau disinilah
mengungkapkan perasaan cintaku ke Janie. Apapun yang terjadi pokoknya
harus disini dan hari ini. Momennya pas banget bro.
Sementara teman-teman sibuk main air,
bercengkrama dan foto-foto, aku sibuk merancang kata dan mencari
kesempatan untuk mengungkapkannya. Tapi..idih apa itu? Waduuuh..kok itu
oom Heru fotonya sambil meletakkan tangannya di pinggang Janie
sih?..Cemburu aku! Huuh..akrab sih akrab oom..tapi kan aku jadi
ngiriiii..Duh, susahnya ya kalau main hati nih. Di Pecece ini memang
semuanya sudah seperti keluarga. Akrab dan hangat. Sikap Oom Heru itu
gak lebih dari sikap seorang kakak ke adiknya. Mungkin kalau gak ada
hati ke Janie aku gak bakalan cemburu begini. Hmmm..Sabar...sabaaar.
Keceriaan masih meliputi suasana di Manjang Merah. Waktu bergulir terus tapi aku belum juga dapat momen yang pas buat nembak Janie. Ya Tuhan, berilah aku kesempatan sebentaaar saja buat berduaan dengan Janie. Hiks..rasanya kok gak mungkin ya. Manalagi matahari mulai jatuh dan kami harus segera kembali. Yaaa...kecewa..kecewwaaa..
Dengan langkah gontai ku turuni lereng
Gunung Maras menuju tempat parkiran sepeda. Rasanya sudah lemah lutut
ini menahan berat badan dan beban patah hati. Sampai di parkiran sepeda
tanpa menunggu yang lainnya ku kayuh pedal keluar menuju jalan raya.
Sebelum sampai mulut jalan setapak aku singgah sebentar di sungai yang
jernih tadi. Membasuh wajah supaya jangan terlalu kusut masai dan
ketahuan yang lain kalau aku lagi kecewa berat. Pas lagi menikmati
beningnya air sungai ku dengar suara gilasan roda sepeda bergulir dan
byuuurrr...sepedanya langsung nyungsep masuk ke air. Bergegas ku hampiri
untuk menolong. Ups..Janie! Hadeeeh ni anak kok hobi banget sih
ekstrim-ekstriman pakai nyungsep di sungai segala. Kubantu dia bangkit
dan mengamankan sepedanya.
"Apaan sih Jan pake ngebut-ngebut. Udah tau ada sungai " omelku dengan rasa sayang. Eh dia malah nyengir dengan manisnya. Begitu duduk di pinggiran sungai dia meloloskan gelang resam yang tadi disuruh sesepuh kampung penjaga hutan pakai dari pergelangan tangannya. Gelang resam ini katanya sih sebagai tanda pengenal agar kita tidak diganggu penghuni astral Manjang Merah. Kami semua memakainya.
"Apaan sih Jan pake ngebut-ngebut. Udah tau ada sungai " omelku dengan rasa sayang. Eh dia malah nyengir dengan manisnya. Begitu duduk di pinggiran sungai dia meloloskan gelang resam yang tadi disuruh sesepuh kampung penjaga hutan pakai dari pergelangan tangannya. Gelang resam ini katanya sih sebagai tanda pengenal agar kita tidak diganggu penghuni astral Manjang Merah. Kami semua memakainya.
"Ini, ambil buat kamu" katanya sambil menyodorkan gelang resam itu padaku. Aku bengong.
"Ini untuk tanda pengenal agar hatiku mengenalimu sebagai lelaki yang kupilih untuk jadi penjaga hatiku"
Tiba-tiba saja aku dikelilingi bunga-bunga merah hati berbentuk love-love gitu. Berjuta indahnya. Langsung kupeluk Janie dan teriak " I love youuuuu"
....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Baca Juga ;
#amimustafa20160525
"Ini untuk tanda pengenal agar hatiku mengenalimu sebagai lelaki yang kupilih untuk jadi penjaga hatiku"
Tiba-tiba saja aku dikelilingi bunga-bunga merah hati berbentuk love-love gitu. Berjuta indahnya. Langsung kupeluk Janie dan teriak " I love youuuuu"
....................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Baca Juga ;
#amimustafa20160525
wah sekalian dong mas buat taman love, kan dunianya udh penuh lovelove tuh :D
BalasHapusseger liat yg pd lg main air
BalasHapusini bisa jadi gak baca postingan
Hapussaya rasa janie itu sudah memendam rasa juga sekian lama, dia cuma malu,hehe
BalasHapusoh ya mas apa yang terjadi setelah gelang itu diberikan? janie diganggu makhluk halus?hihi
nah penasaran teh ya :D
Hapusso swet banget nih cerita nya curhat versi qberitakan :D
BalasHapusJanie muka udah dijelek-jelekin juga gak mempan. Tetep cantik :)
BalasHapusWaduh kok pemburu jadi terburu, Pebembak Mati di Patak ini jadinya xixixixi
BalasHapus